Selasa, 15 Mei 2012

POSISI PEMAIN MENENTUKAN FORMASI YANG DIGUNAKAN DALAM SUATU TIM



Pemilihan pemain dalam penentuan formasi yang akan ditentukan, pada dasarnya tergantung dari skill / kemampuan pemain yang bersangkutan dalam beradaptasi  / menyesuaikan diri dengan posisi yang ditentukan oleh pelatih kepala.

Hal ini dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut:

"Seorang pemain yang memiliki kemampuan di sektor gelandang bertahan secara tiba-tiba di tempatkan di sektor wing - back dengan pertimbangan bahwa orang tersebut dapat melakukan penetrasi menghadang pergerakan musuh di sektor pertahanan sayap sama baiknya dengan penetrasi yang dilakukannya di sektor gelandang bertahan (posisinya semula), berarti orang tersebut memiliki kemampuan ganda, pertama sebagai Defensif Midfielder (Gelandang Bertahan) kedua sebagai Wing Back (Sayap Bertahan), imbasnya adalah pelatih tidak menemui kesulitan ketika ingin melakukan perubahan formasi misal: 4-2-1-3 menjadi 4-4-2 karena posisi wing back pada formasi 4-4-2 dapat diisi oleh seorang yang menempati posisi gelandang pada formasi 4-2-1-3; Pun begitu sebaliknya jika 4-4-2 berubah menjadi 4-2-1-3".

Hal sebaliknya akan terjadi apabila seseorang yang hanya memiliki kemampuan striker tengah murni (Central Forward) pada formasi 4-5-1 misalnya, secara tiba-tiba ditempatkan sebagai seorang yang menempati posisi Striker Sayap (Side Striker) dengan formasi 4-3-3 murni (Penyerang tiga orang di tengah, sayap kiri dan sayap kanan), secara kualitas individu maupun kemampuan akan penguasaan bola memang mungkin tidak terlalu berpengaruh, akan tetapi ketika Play On di lapangan, ia pasti akan menemui kesulitan untuk menempatkan diri dan melakukan penetrasi ke kotak penalti lawan, karena daerah yang "dijelajahinya" adalah bukan daerah "kekuasaannya" dan permainan sayap / sisi lapangan jelas berbeda dengan permainan manakala bola bergulir di tengah lapangan, karena dibutuhkan kecepatan dan visi khusus untuk dapat menerobos pertahanan lawan di sisi kiri-kanan lapangan, dengan resiko bola keluar lapangan yang berujung pada terjadinya lemparan ke dalam (Throw - In). Inilah yang penulis maksud pada paragraf sebelumnya bahwa skill / kemampuan seorang pemain berbeda-beda untuk dapat beradaptasi / menyesuaikan diri dengan penempatan pada posisi / sektor lain sesuai dengan kemauan pelatih.

Dalam blog ini, penulis tidak mengupas harga / nilai seorang pemain yang memiliki skill / kemampuan ganda atau lebih diatas rata-rata ketimbang pemain lainnya yang dimana hal tersebut berpengaruh terhadap nilai transfer dan penyesuaian gaji pemain tersebut apabila ada tim / klub yang menginginkan kontribusinya; Penulis hanya mengupas dan sangat mentitik beratkan pada kontribusi pemain tersebut (yang memiliki double skill or more) dalam rangka penerapan formasi di lapangan, karena terkadang seorang pemain dapat berjasa besar dalam membawa kemenangan bagi timnya karena formasi yang tepat oleh pelatih yang didukung oleh kemampuan pemain yang bersangkutan untuk mengimplemetasikan hal tersebut di lapangan hijau, tapi tidak dapat dipungkiri ada beberapa pemain yang kesulitan untuk menerapkan formasi baru dan berbeda ketimbang formasi standar tim-nya karena hal tersebut berujung pada konsekuensi ikut terotasinya posisi asli mereka menuju posisi lain yang menurut mereka adalah hal baru dan aneh, inilah salah satu faktor suatu tim dapat bermain kurang kompak dan kurang maksimal karena para pemain cenderung bingung dan kikuk pada posisi baru mereka.

Tentu sudah menjadi kewajiban bagi pelatih untuk berpikir menentukan formasi apakah yang tepat sesuai dengan kemampuan dan konsistensi para pemain mereka di lapangan, tapi kita tidak dapat menutup mata bahwa pada prakteknya yang ada di lapangan, sangat sulit untuk mempertahankan satu formasi untuk terus - menerus digunakan sebagai formasi yang baku dan menjadi icon timnya saat meladeni lawan-lawannya, ini disebabkan karena lawanpun pasti memiliki formasi alternatif yang dapat digunakan sewaktu-waktu jika formasi standar mereka tidak berjalan sesuai dengan rencana, inilah yang harus dihadapi dengan penggunaan dan perubahan formasi yang sesuai dengan waktu dan kondisi yang tepat saat pertandingan masih berlangsung, oleh sebab itu pemilihan perubahan formasi pasti akan selalu ada dalam setiap pertandingan bola profesional bahkan amatir sekalipun karena semuanya hanya demi satu kata, "KEMENANGAN".

Berikut ini dapat penulis paparkan beberapa posisi yang ada di belakang, tengah dan depan lapangan yang rata-rata dimiliki oleh seorang pemain bola profesional, mungkin tidak sepenuhnya tepat 100 %, akan tetapi yang penulis akan jabarkan ini adalah perubahan posisi rata-rata yang memiliki tingkat perbedaan sangat kecil, misal: Posisi kiper hampir tidak mungkin berubah menjadi penugasan pada posisi striker, pun begitu sebaliknya. Inilah yang penulis maksud dengan "perbedaan yang sangat kecil", berarti perubahan atau rotasi yang terjadi tidak terlalu drastis dan masih dalam taraf yang wajar jika dilihat dari kontribusi pemain sesuai dengan posisi terdekat dari posisi aslinya.

Posisi yang berpotensi sering mengalami rotasi, antara lain sebagai berikut:

1. Gelandang Bertahan berubah atau di-plot menjadi bek tengah ataupun dapat pula di-plot menjadi Gelandang sayap (Winger) bahkan dapat di - plot menjadi seorang Wing Back (sektor pertahanan sayap).

2. Gelandang Sayap dapat di-plot menjadi gelandang tengah, dapat pula di rotasi menjadi Wing Back bahkan dapat pula menjadi Side Striker (Penyerang Sayap) sesuai dengan kebutuhan tim, jika tim cenderung defensif (bertahan) maka posisi Wing Back menjadi lebih ideal, sebaliknya jika tim cenderung offensif (menyerang) maka posisi Side Sriker adalah posisi realistis untuk diterapkan ke dalam permainan.

3. Posisi Bek Tengah dapat di plot menjadi bek sayap (Side Back), dapat di plot menjadi gelandang bertahan (maju dari posisi semula) dan dapat pula dirotasi menjadi posisi Wing Back (Pertahanan Sayap) jika pemain yang bersangkutan memiliki kemamupuan lebih untuk bermain di sektor sayap. Umumnya posisi seorang bek tengah relatif tidak mengalami perubahan untuk menghindari kebingungan dan rasa kikuk ketika permainan sedang berlangsung, ditambah dengan resiko yang berpotensi besar untuk terkenanya tim dalam kekalahan karena pertahanan yang rentan akibat diiisi oleh pemain lain yang belum tentu pula terbiasa dengan posisi Bek Tengah, tapi dapat saja rotasi akan hal tersebut dilakukan, terlebih jika ada pemain bertahan maupun gelandang bertahan yang cedera dan posisinya harus diganti sesegera mungkin, tentunya hal ini tergantung dari kejelian pelatih untuk melakukan penempatan atas pemain tersebut.

4. Posisi Gelandang Serang (Offensive Mildfielder) dapat menjadi Gelandang Sayap (Winger), dapat juga di-plot menjadi gelandang bertahan jika memiliki kelebihan dalam bertahan, dan bahkan dapat diposisikan sebagai Striker Sayap (Side Striker) jika dalam situasi tertentu, misalnya perubahan taktik dari 4-4-2 menjadi 4-3-3 yang mengharuskan kehadiran seorang striker sayap sebagai pelengkap tridente di barisan penyerang, sedangkan di bangku cadangan (bench) tidak ada pemain yang memiliki kemampuan sebagai seorang Side Striker maka gelandang serang yang memiliki kemampuan lebih untuk itu dapat diplot untuk mengisi posisi Side Striker, Pun begitu jika dalam formasi 4-5-1 (striker tunggal), tiba-tiba striker utama mengalami cedera dan tidak dapat bertanding ataupun melanjutkan pertandingan jika pertandingan sedang berlangsung maka fungsi ganda seorang gelandang serang yang berfungsi sebagai striker tengah (Central Forward) sangat dibutuhkan.

5. Posisi Striker Tengah Murni (Central Forward) dapat berganti menjadi stiker sayap (Side Striker), dapat ditarik mundur sebagai seorang Gelandang Serang (jika pemain tersebut memiliki kemampuan lebih untuk mundur dan menjemput bola hingga ke tengah lapangan), bahkan dapat diposisikan sebagai Winger jika yang bersangkutan memiliki pengalaman menjelajah lapangan di sisi sayap lapangan (baik itu sayap kiri maupun sayap kanan). Semuanya itu tergantung dari situasi, kondisi dan kebutuhan yang ada dilapangan.

Itulah posisi standar yang rata-rata dapat dijadikan sebagai objek rotasi oleh pelatih dalam rangka mendapatkan formasi yang tepat dan jitu untuk membawa timnya kepada jalur kemenangan, pun begitu ada pula posisi yang mengalami rotasi karena situasi darurat, misal: Di kartumerahkannya seorang kiper membuat posisi penjaga gawag menjadi kosong sehingga memaksa pelatih untukmerotasi bek tengah menggantikan posisi kiper tersebut. Akan tetapi hal tersebut jarang terjadi dan tidak penulis jadikan sebagai pergantian posisi yang baku / standard terjadi dalam sebuah pertandingan sepak bola.

Demikian yang dapat penulis sajikan mengenai posisi pemain dalam sebuah formasi, semoga bermanfaat, terima kasih.


SALAM PENULIS



HUBERTUS WILLIAM RAHADI                       

Minggu, 13 Mei 2012

Dinamika Formasi Bola Dalam Era Sepakbola Modern.

Di dalam era sepakbola modern, terkadang formasi merupakan salah satu faktor yang menentukan kemenangan suatu tim, tentunya disamping kemampuan individu dan kerja sama antar pemain, kecermatan pelatih dalam memilih pemain yang sesuai dengan posisinya masing-masing, dan faktor non teknis seperti: dukungan sporter, faktor lapangan, keharmonisan internal tim dan lain sebagainya.

Dalam hal ini yang penulis angkat sebagai materi penulisan adalah beberapa formasi bola yang baku dan sering digunakan dalam era sepakbola modern dewasa ini, seperti:

1. Formasi 4-4-2

Formasi ini lebih cenderung mengandalkan serangan lewat kedua sayap lapangan dan pergerakan gelandang tengah di sektor pertahanan lawan, ada beberapa varian dalam formasi ini seperti: 4-4-1-1, 4-1-2-1-2 (Diamond formation / formasi berlian), 4-2-2-2 (Formasi persegi panjang), dan 4-2-2-1-1 (Sword formation / Formasi Pedang); Walaupun varian-varian ini sering digunakan sebagai formasi alternatif jika formasi induk (4-4-2) tidak berjalan sesuai keinginan pelatih, akan tetapi filosofi dari formasi ini adalah tetap yaitu mengandalkan pergerakan dari sektor sayap baik gelandang maupun bek serang sehingga memudahkan 2 striker di depan untuk menciptakan peluang gol, adapun perbedaan yang cukup prinsipil (mendasar) dari seluruh formasi tersebut adalah jumlah gelandang bertahan yang ditempatkan sebagai pelapis dan untuk meringankan kerja pemain bertahan (bek) dalam menjaga pertahanan dari serangan lawan.

Misalnya: formasi 4-1-2-1-2 lebih cenderung menempatkan satu gelandang bertahan untuk membantu pertahanan kuartet (4) orang pemain bertahan dengan 2 orang gelandang tengah murni / sayap serta satu pemain jangkar (second striker) untuk membantu penyerangan dari 2 orang striker (bisa striker tengah murni, dapat pula striker sayap  / side striker); Adapun formasi 4-2-2-2 menempatkan 2 orang gelandang bertahan untuk membantu pertahanan kuartet bek dengan didukung kemampuan 2 orang gelandang sayap atau dapat pula gelandang tengah yang berfungsi sebagai gelandang sayap (dua fungsi) untuk membantu 2 orang striker (baik striker tengah maupun striker sayap / side striker); Pun begitu varian lainnya.

Kelebihan dari formasi ini adalah terjadinya keseimbangan permainan (balance game) terutama di sektor lapangan tengah karena fungsi 4 gelandang dapat dibagi rata, kalau mengandalkan serangan sayap makan fungsi 2 gelandang tengah dapat menjadi gelandang bertahan, sedangkan kalau mengandalkan serangan dari sektor tengah maka dapat menjadikan gelandang sayap menjadi gelandang bertahan untuk membantu bek sayap menghadapi serangan lawan dari sayap pula. Adapun kelemahan dari formasi ini adalah jika lawan bermain defensif dengan menempatkan pemain bertahan sebanyak 5 atau 6 orang maka efektifitas serangan menjadi kurang greget karena fungsi gelandang yang membantu 2 striker di depan menjadi kurang optimal, pengecualian terjadi kalau 4 gelandang yang ada di geser maju ke depan untuk di maksimalkan sebagai gelandang serang seluruhnya sehingga seolah-olah menggunakan formasi 4-0-6, pun juga dengan dibantu serangan dari sektor sayap oleh bek serang sayap hingga ke sektor tengah permainan, maka formasipun dapat berubah total seolah-olah menjadi 2-2-6, namun konsekuensi yang dihadapi adalah jika menghadapi serangan balik lawan yang sangat cepat maka bek saya yang telanjur naik sampai ke tengah dapat keteteran untuk turun lagi mengisi posnya yang ditinggalkan fisik dan stamina yang dimiliki tidak sanggup untuk melakukan hal tersebut.  

2. Formasi 4-3-3

Diperkenalkan oleh Timnas Belanda dan Ajax Amserdam dengan jargon Total Footbalnya pada era 1973-1975 sewaktu Ajax Amsterdam menjuarai Turnamen Piala Champion, formasi ini lebih mengutamakan totalitas dalam melakukan serangan, hampir seluruh pemain melakukan serangan frontal ke daerah penyerangan lawan. 2 gelandang serang membantu penyerangan dari 3 orang sriker di depan gawang lawan dengan ditopang 1 gelandang bertahan untuk membantu pertahanan yang digalang oleh 4 orang pemain bertahan (bek). Adapula varian dari formasi ini yang menempatkan 1 gelandang serang dan 2 gelandang bertahan dalam bentuk triangle mildfield (gelandang berformasi segitiga) jika sang pelatih menghendaki permainan yang lebih defensif (bertahan), akan tetapi dalam situasi tertentu dapat pula 3 gelandang menjadi gelandang serang sekaligus atau sebaliknya menjadi 3 gelandang bertahan sekaligus, dalam hal ini fungsi bek sayap tidak mengalami perubahan dapat menjadi bek sayap serang yang membantu penyerangan, akan tetapi dapat pula menjadi bek sayap murni alias zone defence jika terjadi serangan lawan di sektor sayap.

Kelebihan formasi ini adalah jika dapat menciptakan peluang terjadinya gol sebanyak mungkin karena menumpuknya pemain disektor pertahanan lawan, adapun kelemahan dari formasi ini adalah jika terjadi kekosongan disektor sayap belakang akibat bek sayap yang telanjur naik maju ke depan dapat dimanfaatkan oleh lawan melalui taktik permainan bola lambung dan langsung menusuk ke jantung pertahanan, dan jika terjadi kelengahan di sektor bek tengah karena kedua bek tengah juga telanjur maju setengah lapangan maka hal tersebut dapat dimanfaatkan oleh lawan dengan memainkan umpan mendatar panjang untuk kemudian disongsong oleh striker lawan yang memiliki daya dribbling dan kecepatan lari yang tinggi macam Mario Gomez, Gonzalo Higuain ataupun Fernando Torres.

3. Formasi 3-5-2

Formasi ini lebih menekankan fungsi libero sebagai otak serangan dan penjaga keseimbangan tim, adapun libero adalah satu orang bek tengah yang berdiri tepat di depan kiper, formasi ini pertama kali digunakan oleh Tim Nasional Jerman dan klub Bayern Muenchen era Franz Backenbauer yang menjadi juara dunia dan juara Piala Champion pada tahun 1974 s/d 1976. Akan tetapi formasi ini tidak hanya melulu bergantung kepada fungsi libero sebagai penjaga keseimbangan tim dan keseimbangan antara lini belakang dengan lini tengah, akan tetapi juga mengandalkan kemampuan lima orang gelandang untuk mengatur ritme (irama) permainan, dari kelima orang tersebut dapat menjadi 2 gelandang saya serang dan 3 gelandang bertahan (vaian 3-3-2-2), dapat pula menjadi 3 gelandang serang dan 2 gelandang bertahan (varian 3-2-3-2), dan dapat pula menjadi 5 gelandang serang maupun sebaliknya 5 gelandang bertahan seluruhnya tergantung dari kebutuhan yang ada di lapangan, fungsi gelandang serang juga tidak mengalami perubahan seperti formasi sebelumnya (bisa maju ke depan untuk membantu penyerangan  / full side back dan bisa pula menjadi bek sayap murni / zone marking).

4. Formasi 4-5-1

Formasi ini lebih mengedepankan optimalisasi fungsi gelandang untuk mengatur ritme permainan dan fungsi seorang mildfielder sebagai otak serangan dan pemain jangkar, macam Steven Gerard di Liverpool atau Duet Ribery - Robben (Robbery) di Bayern Muenchen, perbedaannya hanya optimalisasi fungsi dapat terjadi di sektor tengah (fungsi Gerard) atau dapat pula optimalisasi terjadi di sektor sayap (Fungsi Robbery) tergantung kebutuhan yang ada di lapangan dan karakteristik tim yang bersangkutan.

Secara umum formasi ini dapat dapat menjadikan 2 gelandang serang / second striker dan 3 gelandang bertahan jika ingin main defensif (bertahan) / varian formasi pohon Natal (4-3-2-1), dan dapat pula menjadikan sebaliknya (3 gelandang serang dan 2 gelandang bertahan) jika ingin bermain offensif menyerang (varian formasi 4-2-3-1).

Kelebihan dari formasi ini adalah tercipta keseimbangan / balance di sektor tengah sehingga memungkinkan suatu tim dapat memainkan bola / ball possesion dalam durasi waktu yang cukup lama dan dengan prosentase penguasaan bola yang cukup tinggi, dengan kata lain para pemain memiliki waktu yang cukup untuk mengatur ritme / irama permainan sehingga tidak mudah terbawa arus pemainan lawan. Sedangkan kekurangan dari formasi ini adalah dalam hal terjadi penyerangan maka tidak dapat dilakukan secara frontal ke semua lini karena hanya ada satu orang striker murni di daerah pertahanan lawan, adapun fungsi gelandang serang yang naik membantu penyerangan belum tentu memiliki daya serang setajam striker murni sehingga potensi untuk dipatahkannya setiap serangan oleh pemain bertahan lawan menjadi cukup besar, apalagi menghadapi lawan yang memiliki pertahan bagus dan displin. Buntutnya adalah sering terjadi tendangan dari lini kedua (tendangan jarak jauh / di luar kotak penalti) yang efektifitas untuk terciptanya gol sangat kecil (Kecuali dilakukan oleh pemain yang memiliki tendangan keras dan terukur macam Ribery, Robben, Messi ataupun Xavi).

4. Formasi 3-6-1

Formasi ini hampir sama dengan formasi 4-5-1 namun yang membedakan diantara keduanya adalah kembalinya fungsi libero sebagai dirigen permainan di lapangan tengah dan optimalisasi serangan melalui sektor tengah permainan menjadi semakin variatif, dengan fungsi bek sayap dapat maju ke depan membantu penyerangan maka hampir dipastikan sektor gelandang dalam suatu tim dapat menjadi kuat dan sulit untuk ditembus, jika menganut prinsip kesembangan antar lini (balancing line) maka 6 orang gelandang dapat di-plot untuk menjadi 3 orang gelandang serang dan 3 orang gelandang bertahan sesuai dengan kebutuhan tim (varian 3-3-3-1) dan dapat pula menjadi varian 3-3-2-1-1 jika ingin bertujuan lebih menyerang, dalam hal ini dibutuhkan seseorang yang memiliki 2 fungsi dalam permainan, yaitu sebagai gelandang tengah dan sebagai second striker (satu orang pemain di belakang striker murni), hal ini tampak dalam sosok Totti di AS Roma, CR 7 di Real Madrid dan Thomas Mueller di Bayern Muenchen. Pun formasi ini dapat menjadi tampak lebih bertahan (varian 3-4-2-1) dengan menempatkan 4 pemain gelandang bertahan untuk membantu libero serta 2 orang bek sayap dan juga 2 pemain gelandang serang (bisa sayap ataupun tengah) untuk membantu penyerangan melalui striker murni tunggal yang ada di depan.

5. Formasi 5-3-2

Formasi ini cenderung lebih bertahan dan mengandalkan optimalisasi serangan balik melalui kecepatan 2 gelandang serang (baik sayap maupun tengah) yang dimiliki untuk menopang kinerja 2 striker (Side Striker maupun Central Forward murni) yang ada di daerah pertahanan lawan, tentunya dengan dibantu oleh fungsi 1 orang gelandang bertahan yang membantu pertahanan yang digalang 5 orang bek / pemain bertahan (komposisinya standard-nya adalah 3 orang bek tengah dan 2 orang bek sayap), ini ditujukan kalau ingin bermain agak menyerang (offensif).

Akan tetapi jika ingin bermain lebih bertahan maka 3 orang gelandang yang dimiliki dapat di-plot menjadi 1 orang gelandang serang dan 2 orang gelandang bertahan untuk membantu pertahanan tergantung dari kebutuhan yang ada di lapangan, adapun fungsi dari bek sayap adalah sama seperti formasi sebelumnya yaitu dapat menjadi bek serang yang maju ke depan dan dapat pula menjadi bek serang murni / zona marking apabila mendapat serangan lawan dari sektor sayap.

Kelebihan dari formasi ini adalah resiko kebobolan dapat diminimalisir karena permainan tim yang bertahan (defensif) dengan mengandalkan kerapatan lini belakang dengan lini tengah, adapun yang menjadi kekurangan dari formasi ini adalah daya serang terhadap lawan menjadi kurang efektif jika skill / kemampuan individu dan kerjasama antar pemain masih lemah (di bawah standard kemampuan rata-rata pemain) dalam melakukan serangan balik / counter attack.

6. Formasi 5-4-1

Formasi ini lebih mentitik beratkan pada pertahanan kuat dan gelandang yang mampu membendung serangan lawan dari lini manapun juga, jika ingin bermain lebih menyerang maka 4 orang gelandang tengah dapat dimaksimalkan fungsinya menjadi 4 gelandang serang untuk menopang kinerja 1 orang striker murni di depan, pun bek sayap yang dimiliki dapat pula maju kedepan membantu penyerangan, jika ingin menciptakan keseimbangan permainan maka dapat tercipta 2 orang gelandang bertahan untuk membantu sektor pertahanan dalam hal 2 orang bek serang maju menyerang dan terlambat mundur kebelakang dan 2 orang lainnya menjadi gelandang serang (sayap maupun tengah) untuk menopang kinerja satu orang striker murni yang ada di depan (varian formasi 5-2-2-1) dan dapat pula memaksakan permainan lebih bertahan dengan menempatkan 3 orang gelandang bertahan untuk membantu pertahanan dan hanya menempatkan satu orang gelandang serang / second striker untuk menopang kinerja 1 orang striker murni yang ada di depan (varian 5-3-1-1) dalam hal penyerangan tetap dibantu oleh kinerja 2 orang bek sayap serang (kiri dan kanan) dan menyiapkan skenario terburuk yaitu dalam hal terjadinya serangan balik oleh lawan maka sektor pertahanan di bagian sayap yang telah telanjur ditinggalkan oleh para bek sayap serang tersebut dapat segera diisi / dilapis oleh 3 orang gelandang bertahan.

Kelebihan formasi ini adalah dapat meminimalisir peluang lawan untuk melakukan serangan ke kotak penalti tim yang bersangkutan, adapun kekurangan dari formasi ini adalah serangan yang dilakukan kurang efektif jika kondisi para gelandang tengah kurang bugar/ kurang fit untuk menopang kinerja striker murni tunggal yang ada di daerah pertahanan lawan (apalagi jika terjadi cedera pemain), karena kecenderungannya adalah bola bergulir di daerah tengah lapangan saja dengan sesekali intervensi terhadap pertahanan lawan di kotak penalti dan minimnya kesempatan untuk melakukan serangan frontal di semua lini karena belum tentu seluruh pemain gelandang yang dimiliki mempunyai kemamupuan untuk melakukan serangan secara sporadis seperti halnya striker.

Demikianlah beberapa formasi baku  / standard yang dapat saya ulas secara singkat dan mendalam, adapun beberapa formasi langka dan benar-benar terjadi di dalam era sepak bola modern dewasa ini sepert formasi 4-6-0 ala Jose Mourinho ketika Real Madrid mengalahkan Barcelona di final Copa Del Rey tahun lalu ataupun permainan Cattenacio Italia (9-1-0) yang dimiliki Chelsea seperti ketika mengalahkan Barcelona di ajang semifinal UCL satu bulan yang lalu tetap dapat menjadi rujukan bagi kita semua bahwa inilah kekhasan dan keunikan dari sepak bola moden, setiap orang bebas untuk menentukan formasi apa yang terbaik untuk tim yang dilatihnya, tentu saja dengan memperhatikan kemampuan para pemain untuk meladeni formasi tersebut di lapangan dan juga dengan memperhatikan formasi yang digunakan oleh lawan.

Sehingga pada akhirnya hanya ada satu kata yang dituju dan diidam-idamkan oleh seluruh tim dalam sepakbola yaitu KEMENANGAN. Demikian ulasan saya, semoga bermanfaat, terimakasih.      

SALAM HANGAT



HUBERTUS WILLIAM RAHADI